Kegiatan pengabdian ini diketuai oleh Indria Herman, ST, MT, Ph.D. dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, bersama tim lintas disiplin yang terdiri dari Dr. Sri Raharno (FTMD), Deny Willy Junaidy, Ph.D. (FSRD – Fakultas Seni Rupa dan Desain), Prof. Ramadhani Eka Putra, Ph.D. (SITH – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati), serta dua mahasiswa ITB, Muhammad Akmal Musthofa dan Mikhael Laurensius Haloman.
Dalam pelaksanaannya, tim menghadirkan alat pengontrol suhu dan sistem penyiraman otomatis untuk mendukung pembibitan dan budidaya Rotan Manau (Calamus manan), jenis rotan unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Rotan ini sering dimanfaatkan dalam industri mebel, kerajinan tangan, hingga peralatan olahraga berkat kekuatan dan kelenturannya.
“Rotan Manau yang selama ini diperoleh dari hutan alam semakin terancam akibat eksploitasi tanpa penanaman ulang. Teknologi ini kami hadirkan untuk membantu masyarakat dalam membibitkan rotan secara efisien dan berkelanjutan,” jelas Indria Herman.
Salah satu tantangan utama dalam pembibitan rotan Manau adalah kebutuhan akan kelembaban yang stabil pada masa awal pertumbuhan. Bibit berkualitas tinggi memerlukan pengaturan suhu dan kelembaban secara konsisten agar dapat tumbuh hingga tinggi ideal sekitar 80–90 cm dalam waktu 3–4 bulan. Sistem otomatis yang diperkenalkan memungkinkan pengaturan lingkungan tumbuh yang optimal secara presisi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada tenaga manual.
Kehadiran Ariyanti Yuningsih,S.Sos Lurah Air Dingin menambah semarak acara, memperkuat sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan kalangan akademisi dalam mendorong kemajuan ekonomi kreatif di Sawahlunto.
Melalui inovasi ini, program pengabdian masyarakat ITB tidak hanya fokus pada peningkatan kualitas pembibitan rotan, tetapi juga mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sumber daya alam. Dengan pendekatan teknologi yang tepat guna, konservasi tidak lagi menjadi wacana semata, melainkan dapat menjadi kegiatan produktif yang berkontribusi pada ketahanan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Jika sistem ini diadopsi secara luas, bukan tidak mungkin pembibitan rotan akan berkembang menjadi industri desa yang mampu meningkatkan pendapatan warga,” Sri Raharno.
Program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara teknologi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat dapat menciptakan solusi konkret dalam menjaga keberlangsungan sumber daya alam Indonesia.
0 Komentar